::FAMILY KBMKL::

20 June 2009

::USAH MENJANGKAKAN MASA DEPAN::

"Usah menjangkakan masa depan,kerana masa depan adalah milik TUHAN namun kita sebagai hamba tetap wajib berusaha".

Hadapilah hari-hari mendatang dengan senyuman, segunung usaha serta tawakal, redhalah atas segala yang Allah berikan kerana itulah yg terbaik.....senyumlah dgn nikmat Tuhan.

Renungkanlah sebuah kisah ini dengan mendalam, moga ada senyuman terukir selepas itu......
Seorang ustaz mendatangi seorang anak muridnya, ketika wajahnya kebelakangan ini selalu nampak murung dan bersedih. "Kenapa kau selalu bersedih, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah syukurmu?" sang ustaz bertanya.

"Ustaz,kebelakangan ini hidup saya penuh masalah, sukar rasanya bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang murid muda. Sang ustaz terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."

Si murid pun beranjak, perlahan-lahan dengan lemah longlai. Dia melaksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi dengan membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta. Sekarang cuba ambil segenggam garam dan masukkan ke dalam segelas air itu," kata ustaz. "Setelah itu cuba kau minum airnya sedikit."

Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini berkerut kerana meminum air masin. "Bagaimana rasanya?" tanya ustaz. "Masin dan perutku terasa loya dan mual", jawab si murid dengan wajah yang masih berkerut. Si ustaz senyum terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang berkerut kerana kemasinan.

"Sekarang mari kau ikut aku." Sang ustaz membawa muridnya ke sungai berhampiran mereka. "Sekarang ambil garam yang ada berbaki itu dan tebarkan ke dlm sungai. Si murid menebarkan segenggam garam yang berbaki ke dlm sungai tanpa sepatah kata. Rasa masin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa masin dari mulutnya tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, fikirnya.
"Sekarang, cuba kau minum air sungai itu," kata sang ustaz sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat dipinggir sungai. Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air sungai dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air sungai yang dingin dan segar mengalir di tenggoroknya, ustaz bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, sungguh segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan belakang tangannya. Tentu saja, sungai ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.

"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"
"tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Si ustaz hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air sungai itu sampai puas. "Nak," kata sang ustaz setelah muridnya selesai minum.

"Segala masalah dalam hidup itu seperti SEGENGGAM GARAM. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segengam garam.

"Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah ditakdirkan oleh Tuhan, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi yang bebas dari penderitaan dan masalah." Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi nak, rasa 'masin' dari penderitaan yang dialami itu sangat bergantung dari besarnya 'qalbu' (hati) yang menampungnya. Jadi nak, supaya tidak merasa menderita, BERHENTILAH MENJADI GELAS. Jadikan qalbu dalam dadamu itu SEBESAR SUNGAI."

Pendapat ana, hidup memang memerlukan keberanian. Tapi, akan lebih memerlukan ketelitian. Cermati langkahmu,waspadai tindakanmu. Hati-hati saat 'mencelupkan jari' dalam celah kehidupan. Kalau tidak 'rasa pahit' yang akan kita temukan..

No comments:

::LISTENING::

::PET::